SEJARAH DESA PONCOKUSUMO



Mbah Gimbal, Poncokusumo diambil dari kata Ponco yang berarti 5 dan Kusumo yang berarti bunga. Bunga disini memiliki arti manusia yang bedah Kerawang pertama kali di poncokusumo yakni  5 ksatria, yang terdiri dari Mbah Surowani, Mbah Priyo, Mbah Suryo, Haji Siddik (Kek Sedèk) dan Haji Mistar. Sedangkan menurut cerita dari pewayangan, mereka disebut Begawan Poncokusumo. Sebelum desa ini dinamakan Desa Poncokusumo, masyarakat desa berdomisili di Kampung Tengah yang disebut Sibu. Sibu sendiri adalah kebun milik warga yang berdekatan dengan Sanggar Pamujan. Saat itu yang terjadi permasalahan yakni, kekurangan air yang dialami masyarakat menyebabkan mereka harus pindah ke Watu (batu) Kuwung (pelangi). Dinamakan Watu Kuwung karena di sana sering muncul Pelangi akibat pembiasan cahaya setelah hujan.

Adapun hal menarik lainnya tentang sejarah Desa Poncokusumo, yaitu ketika salah satu warga saat akan mendirikan rumah dan menggali pondasi untuk pembangunan, ia menemukan sebuah koper besi peninggalan kolonial Belanda, pada saat dibuka oleh warga ternyata isinya beberapa kertas yang tulisannya menggunakan huruf Jawa dan Belanda. Warga Poncokusumo sendiri tidak ada yang mengerti arti dari tulisan tersebut, sehingga mereka berniat akan membakar kertas-kertas tersebut, tetapi ada seorang dosen dari Universitas Brawijaya meminta untuk menelaah tulisan dalam kertas tersebut. Setelah ditelaah ternyata kertas-kertas tersebut adalah dokumen penting milik Belanda, di sana juga tertulis nama kepala desa dari tahun 1500-an pada saat Perang Diponegoro. Pada kala itu tepatnya di pertigaan tugu apel, ada pohon besar tumbang akibat cakaran kuku harimau dalam bahasa poncokusumo (pancas dicakar bukune simo). Maka kelak kemudian hari dinamakan Poncokusumo.

Desa Poncokusumo sendiri terbentuk ketika pra Majapahit. Menurut teritorialnya sendiri, Desa Poncokusumo ditandai dengan pohon beringin besar yang saat ini sudah dibangun sanggar yang biasanya dipakai untuk pertunjukan kesenian tradisional, seperti Kuda Lumping dan Sanggar Pamujan ini juga dipakai sebagai tempat melaksanakan ritual. Agama yang masuk di Desa Poncokusumo dari zaman dahulu adalah Hindu, Budha dan Islam. Pada zaman dahulu, masyarakat yang memeluk agama Islam masih belum kuat keislamannya, seperti masih menganut Islam Kejawen bahkan sampai saat ini masih ada masyarakat yang memeluk agama Islam Kejawen, meskipun tidak sebanyak zaman dahulu.



LihatTutupKomentar